Ukuran Font Artikel
Small
Medium
Large

STAI Paduka Anambas Tanamkan Nilai Pengabdian Lewat KKN di Desa Bayat

Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Paduka Anambas angkatan ke-2 melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bayat. Foto : Ist


Anambas, laluan.id — Kala matahari terbit perlahan di ufuk timur Desa Bayat, sekelompok mahasiswa muda tampak sibuk menyiapkan peralatan untuk kegiatan pagi itu. Mengenakan jaket almamater berwarna biru muda, mereka bukan sekadar datang membawa semangat akademik—tapi juga harapan. Harapan akan perubahan, harapan akan masyarakat yang lebih mandiri, dan harapan akan ilmu yang tak hanya tersimpan di ruang kelas, tetapi hidup di tengah masyarakat.

Selama dua pekan, sejak 1 Oktober hingga 15 Oktober, mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Paduka Anambas angkatan ke-2 melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa ini. Meski hanya dua minggu, semangat yang mereka bawa terasa tak sebentar. Kegiatan ini menjadi jembatan antara dunia teori dan praktik, antara kampus dan realita masyarakat.

"Kami datang bukan sebagai pengajar, tapi sebagai pembelajar bersama masyarakat," ungkap salah satu peserta KKN, dengan mata yang berbinar menyampaikan semangatnya.

Visi besar KKN ini adalah menjadikan mahasiswa sebagai agen perubahan yang aktif, dengan harapan menciptakan masyarakat yang cerdas, sejahtera, mandiri, dan bermartabat. Mereka tidak hanya hadir untuk 'mengabdi', tetapi juga untuk belajar langsung dari masyarakat—tentang kehidupan, nilai-nilai lokal, dan tantangan pembangunan yang nyata.

STAI memiliki dua prodi ekonomi syariah dan pendidikan agama islam ini melaksanakan kegiatan penyuluhan pendidikan dan kesehatan, pelatihan kewirausahaan untuk UMKM lokal, hingga kegiatan keagamaan yang memperkuat nilai spiritual di tengah masyarakat. Semua dilakukan dengan pendekatan partisipatif, di mana warga desa tidak hanya menjadi objek, tapi subjek utama dari setiap aktivitas.

“Kami ingin masyarakat Bayat merasa memiliki program ini. Karena keberhasilan KKN bukan hanya soal berapa banyak kegiatan yang dilakukan, tapi seberapa besar manfaat yang tertinggal setelah kami pulang,” kata Asrinaldi selaku humas lapangan kepada laluan.id.

Lebih dari sekadar program wajib akademik, KKN ini menjadi medan latihan sosial yang sesungguhnya. Mahasiswa belajar bagaimana menghadapi masalah nyata, merumuskan solusi, dan beradaptasi dengan dinamika sosial yang kompleks. Dalam proses itu, tumbuh nilai-nilai empati, kerja sama, serta kepemimpinan.

Di sisi lain, masyarakat pun merasakan dampaknya. 

"Anak-anak muda ini membawa angin segar. Mereka tidak hanya membantu kami, tapi juga menyemangati kami untuk berpikir lebih maju," ujar seorang tokoh masyarakat Bayat.

Dengan misi memberdayakan masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS), KKN ini berharap mampu mendorong masyarakat Bayat menjadi lebih mandiri. Pendekatan ini juga sejalan dengan semangat pembangunan berkelanjutan, di mana potensi lokal dimaksimalkan untuk menyelesaikan persoalan yang ada.

Program ini juga menjadi ruang tumbuh bagi jiwa kewirausahaan mahasiswa, yang digembleng langsung dalam interaksi lapangan. Di sinilah mereka belajar, bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil—dari desa, dari senyum warga, dari kolaborasi sederhana.

KKN bukan sekadar rutinitas akademik. Ia adalah perjalanan. Perjalanan membentuk diri, membangun masyarakat, dan menanam harapan di tanah yang mungkin belum pernah disentuh sebelumnya. Dan untuk mahasiswa STAI Paduka Anambas angkatan ke-2, Desa Bayat kini bukan sekadar lokasi, tapi bagian dari kisah hidup mereka yang tak terlupakan. (/Red)

Posting Komentar